Bali – Sehari menjelang Hari Raya Nyepi, pulau Bali kembali dipenuhi gemuruh kreativitas melalui Parade Ogoh-Ogoh 2025, tradisi tahunan yang selalu dinantikan masyarakat dan wisatawan. Ogoh-Ogoh, patung raksasa yang menggambarkan Bhuta Kala atau simbol-simbol energi negatif, diarak keliling desa adat sebelum akhirnya dibakar sebagai bentuk penyucian diri dan alam semesta.
Mulai sore hari, ribuan warga memadati jalan untuk menyaksikan karya Ogoh-Ogoh buatan sekaa teruna-teruni (kelompok pemuda) yang menampilkan detail artistik luar biasa. Setiap desa berlomba menghadirkan desain paling megah—mulai dari wujud raksasa menakutkan hingga figur makhluk mitologi Bali.
Suasana menjadi semakin meriah dengan tabuhan gamelan bleganjur yang mengiringi arak-arakan. Sorak warga dan wisatawan menciptakan energi khas yang hanya bisa dirasakan sekali setahun pada malam Pengerupukan.
Banyak wisatawan mancanegara mengaku terkesan, tidak hanya oleh ukurannya yang spektakuler, tetapi juga oleh makna filosofis di balik ritual pembakaran Ogoh-Ogoh, yang melambangkan penghancuran sifat-sifat buruk manusia sebelum memasuki keheningan Nyepi.
Tahun ini, parade berjalan lancar dan penuh warna, menjadi salah satu pertunjukan budaya terbesar di Bali yang selalu berhasil mengangkat kekayaan seni lokal ke panggung dunia.
