Bali – Pulau Bali kembali dipenuhi suasana sakral dan meriah dalam perayaan Hari Raya Galungan lan Kuningan 2025, dua hari suci umat Hindu yang menandai hadirnya Dewa-Dewata ke bumi serta kemenangan Dharma melawan Adharma. Sejak pagi, masyarakat Bali memadati pura keluarga dan pura desa untuk melaksanakan persembahyangan.
Di sepanjang jalan, penjor—bambu hias melengkung yang menjadi simbol kemakmuran—berdiri gagah di depan setiap rumah. Udara wangi dupa memenuhi desa, sementara suara kidung dan gamelan terdengar dari berbagai pura yang sedang menggelar upacara.
Pada Hari Galungan, 9 April 2025, umat Hindu melaksanakan persembahyangan sebagai bentuk rasa syukur dan penyambutan turunnya roh leluhur ke dunia. Keluarga-keluarga di Bali berkumpul untuk mempersiapkan banten dan menghaturkan doa di tempat suci mereka.
Sepuluh hari kemudian, Hari Kuningan, 19 April 2025, menjadi puncak sekaligus penutup rangkaian upacara. Di hari ini, roh leluhur diyakini kembali ke alamnya. Umat menghaturkan persembahan kuning sebagai lambang kesucian dan kebijaksanaan, dengan suasana pura yang lebih ramai namun tetap khidmat.
Wisatawan yang berada di Bali pada periode Galungan lan Kuningan mengaku terpesona oleh keindahan penjor, ketenangan desa adat, dan kekayaan budaya yang hanya dapat ditemukan pada masa upacara besar ini. Perayaan tahun ini berlangsung damai dan tertib, menjadi momen spiritual mendalam bagi masyarakat dan pengunjung.
